Fenomena mencari informasi dalam otak yang dilakukan saat diberikan suatu pertanyaan-pertanyaan penting namun sederhana sering membuat kesulitan bagi kita selaku penguna logika.
Ada jawaban yang didapat dari luar diri kita, namun banyak pertanyaan dapat dijawab oleh dalam diri sendiri, pertanyaan yang berkaitan kehidupan dan system semesta dapat dijawab ketika kita bertanya ke dalam. Jawaban itu ada, namun banyak yang tidak dapat menemukannya karena tidak mematikan pikiran daging untuk mengizinkan bisikan halus berbicara dari dalam.
Apa yang dimaksud bisikan halus ini adalah kecerdasan supernatural yang mengacu pada kutipan dari buku karya Jonathan Black “The Secret History of the World” ; Kisah-kisa seperti Phytagoras dan Newton menunjukkan bahwa melalui semacam kondisi kesadaran lain yang aneh ini, mereka mampu menemukan hal-hal baru tentang dunia, melihat cara kerja intinya, dan memahami pola-pola yang barangkali terlalu rumit atau terlalu besar untuk dipahami pikiran manusia dengan kondisi kesadaran akal sehat sehari-hari. Alkimia menganugerahi para pelakunya suatu kecerdasan supernatural.
Jawaban itu dengan sendirinya akan hadir di kepala kita seperti saat menyalakan lampu sorot mobil secara mendadak di tengah malam.
Sebagai orang beragama yang mempercayai ada kuasa lain yang mempedulikan kehidupan kita, tentu kita termasuk dalam penganut alkimia walaupun tidak mempraktekkannya secara lazim.
Bisikan halus hanya akan sampai kepada reseptor alias otak dari orang tertentu yang membuka diri untuk membiarkan alam berbicara. Nubuatan, pewahyuan, termasuk sebagai contoh dari bisikan halus, contoh lainnya seperti perasaan akan terjadi sesuatu yang kemudian ternyata menjadi kenyataan. Tetapi suaru halus itu juga dapat mengupload rumus fisika, ide, penemuan, teori, dan fakta lainnya dalam otak kita.
Sebut saja “Nabi” bagi orang-orang yang telinganya cukup sensitive untuk mendengar bisikan-bisikan halus itu dan turut dalam memajukan negera dan dunia.
Menenangkan diri dan mengosongkan pikiran adalah cara untuk melemahkan ide kita dan menguatkan signal dari semesta. Kita cukup memberikan pertanyaan dan mengosongkan pikiran bagai ember kosong untuk supaya sang Sumber mengisi air “jawaban” ke dalam pikiran kita.
Dalam hal ini, praktek mendengarkan suara sensitive sebatas pada control pikiran dan ide, tidak ada unsur penyerahan diri kepada tokoh mistis untuk permohonan bantuan. Karena itulah, dibutuhkan control diri yang baik untuk mengarahkan “ember” kita ke sumber air jawaban.
By Gatto Kijo Bega Abugau


Posting Komentar
Posting Komentar