Natal Pertama Suku Moni Papua 1950

2 komentar
ilustrasi AI. Natal pertama suku Moni
Hari itu saya ngobrol banyak dengan nenek saya dari mama berumur sekitar 85-an tahun . Nenek orang yang sangat humoris kita banyak bercerita dan banyak tertawa. Di tengah-tengah obrolan itu, nenek bercerita tentang pertama kali "Kusimas" di negeri suku Moni. Cerita yang sangat menarik.

Kusimas adalah kata natal dalam bahasa inggris "christmas" yang disesuaikan ke dalam ejaan logat suku Moni. Ya maklum saja bukan kata "natal". Hal ini terjadi karena ketika misionaris Alliance (CMA) datang ke tanah orang Moni di Wandae tahun 40-an silam, Papua masih berbentuk negara berkemakmuran Kerajaan Belanda, disebut Nederlands-Nieuw-Guinea  atau Nugini Belanda. Misionaris yang datang berasal dari Amerika Serikat sehingga kata natal "christmas" disesuaikan ke lidah orang Moni menjadi kusimasi.

Nenek saya yang menjadi saksi kisah natal pertama yang fenomenal itu

Nenek bercerita tentang natal pertama itu. "Hari itu kakek dan buyut kamu mengeluarkan beberapa ekor babi besar dari kandang mereka untuk dimasak bakar batu" katanya kepada saya. Nenek yang kala itu masih remaja itu turun dari kampungnya Mogalo untuk mengikuti keramaian natal di kampung Homeyo (lama). Pemuda-pemuda bergerak lincah, membangun pondok panjang beratap jerami dan rumput untuk digunakan sebagai tempak dilaksanakannya natal pertama itu.

Buyut dan kakek saya yang dimaksud adalah Kiguabi Zagani Abugau, Miasigani Zagani Abugau dan Isa Sabo Zagani Abugau. Kiguabi adalah seorang Sonowi atau orang kaya yang terpandang sementara Isa Sabo adalah anaknya. Demikian juga Miasigani adalah saudara kandung dari Kiguabi yang juga seorang sonowi. 

Kiguabi Zagani Abugau, orang Moni pertama yang terima agama Kristen dan pertama dibaptis. (Sumber foto:buku yang lemah di Tanah Moni karya W.A.Cutts)

Cerita nenek saya itu dikonfirmasi oleh laporan Jurnal Misionaris. Dikutip dari jurnal misionaris CMA tahun 1951.

Pesta natal dimulai pukul 07.30 pagi 25 desember 1950. Mr. Troutman sebelum natal sudah kembali ke Wisselmeren Paniai, sehingga di Wandae tersisa William. A. Cutts dan istrinya nyonya Silverman Cutts. Mereka mendengar suara orang-orang Moni waitia turun lembah. Ada juga yang membawa buah-buahan, ada juga membawa sayur-sayuran, umbi-umbian dan lainnya sesuai kebiasaan bakar batu suku Moni. Umat Kristiani suku Moni mula-mula itu hendak merayakan natal pertama mereka. Mereka sangat antusias.

Beberapa hari sebelum natal,  tuan W Cutts mengajak F.Titahelum seorang pekerja CMA asal Indonesia pergi ke rumah kepala suku "head-man", Kiguabi yang sudah menerima injil menjadi Kristen. Tuan Cutts memberikan kapak kepada Kiguabi, head man tersebut langsung keluar menentukan babi yang akan  dimasak di hari natal. Ternyata saudara Kiguabi, Miasigani pun seorang sonowi "head-man" dan senang juga untuk mendukung acara perayaan tersebut sehingga dia menyumbang 1 ekor babi besar  bersama segala macam sayur-sayuran, umbi-umbian dan pisang hijau.

Di hari natal, pagi-pagi benar mereka memanah babi-babi tersebut. 15-an menit kemudian api sudah dinyalahkan. Tuan Cutts sendiri menembak 1 ekor babi dengan senapan peluru kaliber 22 -nya. 

Mereka lalu membakar bulu-bulu babi di api kemudian dibela seperti biasanya untuk kemudian dimasak dalam dua galian yang sudah disiapkan. Mereka membuka masakan bakar batu itu pada pukul 14.00.

Mereka yang hadir diperkirakan 2000 orang. Kelompok misionaris pertama dibagikan masakan, segala macam sayur dan umbi sudah diantar kemudian disusul daging babi yang dipotong besar. Pada saat dibagikan, hampir tangan masyarakat yang mengelolah masakan itu belum pernah cuci tangan pakai sabun dan dengan air pun jarang. Nyonya Cutts tetap menunjukan diri sebagai misionaris yang baik, melahap makanan itu dengan sedap dan semua sangat bergembira.

Tibalah waktu sore, pondok itu sudah dinyalahkan banyak lilin. Sudah dibuat pohon natal yang bagus dan ornamen-ornamen dan lampu bertenaga baterai. Sayangnya  baterai lampu tidak tahan sampai ibadah natal selesai. Melihat lampu mati, banyak yang kecewa tetapi setalah itu antusias dan sukacita natal tetap berlanjut.

Tuan Cutts menceritakan kisah natal dalam bahasa Melayu kemudian Tuan Titaheluw menerjemahkan ke dalam bahasa Moni. "Tn. Titaheluw baru berada di Kemandoga hanya 9 bulan, sehingga tidak tahu berapa persen kebenaran yang diterjemahkannya, tetapi semuanya akan dikerjakan oleh Tuhan yang kita percaya" tulis Tn. Cutts.

Setelah ibadah selesai, dibagikan hadiah natal berupa sisir rambut berjumlah 102 buah, sehingga memang banyak orang tidak mendapatkannya tetapi semua bersukacita dan hubungan misionaris dan suku Moni semakin akrab.

Nenek saya juga bercerita bahwa saat itu anak-anak dibagikan gula-gula atau permen.

Demikianlah kisah natal pertama suku Moni yang terjadi pada tanggal 25 desember 1950.

 

Keterangan

head-man   : dia penanggung jawab organisasi, klan, suku, atau kelompok lain. · Pemimpin setempat.

Sumber : Jurnal Misionaris CMA W.A Cutts " The First Christmas in Moni Land" dan Nenek saya

(buku masih saya tulis, akan segera menyusul dalam 2 tahun ke depan)

Related Posts

2 komentar

  1. Ainaku luar biasa amajambae tulisan ini. Saya juga senang karena kk ingin menulis buku ttg sejarah Injil Masuk di Wandai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hormat adikku. kita bisa sama2 kolaborasi. amakanee

      Hapus

Posting Komentar